Sunday, August 21, 2016

yang tersisah

Ah, hidup memang aneh
Salam perpisahan
Haruskah terucap kan lagi..?
Seribu tahun aku ingin di dekatmu
Di pojok jalan itu

Satu jam lebih, aku duduk memandangi rumah itu, sepertinya usahaku akan sia-sia sebab jejaknya pun sekarang tak berbekas yang ada hanya sisa kehangatan senyumnya belaka. Aku bangkit dan melangkah lagi menuju perempatan jalan yang biasa kami bermain, aku tinggalkan coretan kecil tanda di sebuah tiang penanda parkir. Aku berharap jikapun aku gagal menemukannya semoga suatu hari nanti dia menemukan dan membaca tanda ini, tanda yang hanya kami berdua mengerti agar beban dosa yang aku tanggung sedikit berkurang.
Jalanan makin sepi, aku putuskan kembali ke hotel melewati jalan Arab Street, sepanjang perjalan aku hanya bisa berharap dan berharap akan keajaiban saja. Tak sengaja aku melihat sebuah rumah yang masih menyala lampunya dan terlihat ada dua orang yang sedang berbincang, sepertinya sepasang suami istri, tapi yang menarik perhatianku adalah mata dari permpuan itu, sepertinya aku kenal, deg..! “Ya Allah apakah mata itu?” Aku berhenti, kupandandangi kedua orang yang sedang bercakap-cakap itu, tapi, blup..! lampunya di matikan, seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam hatiku, tapi di sisi lain apakah ini dia yang selama ini aku cari? Tapi karena waktu sudah larut malam, aku putuskan untuk terus pulang ke hotel. Dalam hati aku berjanji akan datang ke tempat itu lagi esok hari. HARUS!
Sesampai di hotel, kulihat Mas fasilitator masih ada diluar,  “Dari mana Pak?” sapanya.
“Jalan-jalan, jenuh di dalam terus. Aku pun ikut nimbrung bersama mereka, kami berbicara tentang program vokasi Menulis Kemendikbud. Selain itu tentunya juga berbincang tentang pengalaman kita selama berada di negara seribu denda ini. Hingga jam setengah dua kami berbincang-bincang hingga satu-persatu dari kami izin.
Ros, aku yakin kamu ada di sekitar sini, karena aku dapat merasakan kehangatan senyumu. Aku yakin semalam yang aku lihat adalah dirimu. Aku yakin itu. Ros, apa dirimu sudah tidak dapat merasakan Irama cinta yang pernah kita ukir bersama di hati kita. Kamu harus tau waktuku di negara ini hanya tinggal beberapa jam lagi, berilah kesempatan bagiku untuk menyampaikan maaf ini. Aku tau memang salah telah melalaikan janji yang pernah aku ucapkan, tapi setidaknya dengan kata maaf darimu mungkin beban dosa yang aku pikul ini sedikit berkurang walau mungkin tidak mengobati hatimu yang terlanjur terluka. Ros keluarlah, temuilah diriku sekali lagi. Sekali lagi. Aku mohon.
Waktu terus berputar dan tak kuasa untukku hentikan. Kesempatan untuk menemukan nya pun semakin berkurang dan sepertinya memang keberuntunganku memang belum berpihak padaku. Sekali lagi, kupandangi rumah tersebut. Aku masih berharap penghuninya keluar dari pintu itu, tapi sia-sia semua. Akhirnya aku putuskan pergi meninggalkan tempat tersebut dengan rasa penyesalan yang tak terbilang.
 

0 comments:

Post a Comment