Ah, hidup memang aneh
Salam perpisahan
Haruskah terucap kan lagi..?
Seribu tahun aku ingin di dekatmu
Di pojok jalan itu
Salam perpisahan
Haruskah terucap kan lagi..?
Seribu tahun aku ingin di dekatmu
Di pojok jalan itu
Satu jam lebih, aku duduk memandangi rumah itu,
sepertinya usahaku akan sia-sia sebab jejaknya pun sekarang tak berbekas yang
ada hanya sisa kehangatan senyumnya belaka. Aku bangkit dan melangkah lagi
menuju perempatan jalan yang biasa kami bermain, aku tinggalkan coretan kecil
tanda di sebuah tiang penanda parkir. Aku berharap jikapun aku gagal
menemukannya semoga suatu hari nanti dia menemukan dan membaca tanda ini, tanda
yang hanya kami berdua mengerti agar beban dosa yang aku tanggung sedikit
berkurang.
Jalanan makin sepi, aku putuskan kembali ke hotel
melewati jalan Arab Street, sepanjang perjalan aku hanya bisa berharap dan
berharap akan keajaiban saja. Tak sengaja aku melihat sebuah rumah yang masih
menyala lampunya dan terlihat ada dua orang yang sedang berbincang, sepertinya
sepasang suami istri, tapi yang menarik perhatianku adalah mata dari permpuan
itu, sepertinya aku kenal, deg..! “Ya
Allah apakah mata itu?” Aku berhenti, kupandandangi kedua orang yang sedang
bercakap-cakap itu, tapi, blup..!
lampunya di matikan, seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam hatiku, tapi di
sisi lain apakah ini dia yang selama ini aku cari? Tapi karena waktu sudah
larut malam, aku putuskan untuk terus pulang ke hotel. Dalam hati aku berjanji
akan datang ke tempat itu lagi esok hari. HARUS!
Sesampai di hotel, kulihat Mas fasilitator masih ada
diluar, “Dari mana Pak?” sapanya.
“Jalan-jalan, jenuh di dalam terus. Aku pun ikut
nimbrung bersama mereka, kami berbicara tentang program vokasi Menulis
Kemendikbud. Selain itu tentunya juga berbincang tentang pengalaman kita selama
berada di negara seribu denda ini. Hingga jam setengah dua kami
berbincang-bincang hingga satu-persatu dari kami izin.
Ros, aku yakin kamu ada di sekitar sini, karena aku
dapat merasakan kehangatan senyumu. Aku yakin semalam yang aku lihat adalah
dirimu. Aku yakin itu. Ros, apa dirimu sudah tidak dapat merasakan Irama cinta
yang pernah kita ukir bersama di hati kita. Kamu harus tau waktuku di negara
ini hanya tinggal beberapa jam lagi, berilah kesempatan bagiku untuk
menyampaikan maaf ini. Aku tau memang
salah telah melalaikan janji yang pernah aku ucapkan, tapi setidaknya dengan
kata maaf darimu mungkin beban dosa yang aku pikul ini sedikit berkurang walau
mungkin tidak mengobati hatimu yang terlanjur terluka. Ros keluarlah, temuilah
diriku sekali lagi. Sekali lagi. Aku mohon.
Waktu terus berputar dan tak kuasa untukku hentikan.
Kesempatan untuk menemukan nya pun semakin berkurang dan sepertinya memang
keberuntunganku memang belum berpihak padaku. Sekali lagi, kupandangi rumah
tersebut. Aku masih berharap penghuninya keluar dari pintu itu, tapi sia-sia
semua. Akhirnya aku putuskan pergi meninggalkan tempat tersebut dengan rasa
penyesalan yang tak terbilang.
0 comments:
Post a Comment