Sunday, August 21, 2016

CATATAN SINGKAT PERJALANAN SINGKAT

Sejak kembali saya jejakan kakiku kembali di tanah tumasek , sebenar nya saya sudah siapkan mental jika suatu saat nanti saya kena masalah di tempat ini ,
sebab saya harus akui saya ini orang yang pelupa dan yang saya khawatir kan adalah tentang rokok..yah rokok karena saya pelupa saya khawatir saya tiba tiba melakukan hal tersebut  di tempat yang salah.

Saya ..memang. familiar  kota ini tapi itu sudah berlangsung lama lebih dari  dua puluh tahun yang lalu.


Saat saya sudah memasuki pusat kota ku coba ku kumpul
kan semua  ingatan ku terhadap kota ini dari gedung gedungnya jalan nya semua ku coba di ingat ingat lagi dan yang lebih membuat saya antusias lagi ketika penginapan yang saya tempati ada di daerah yang pernah saya tinggali dulu yaitu daerah kampong glm sebuah daerah cagar budaya melayu di singapura.
dan masih seperti dulu semua masih sama persis seperti dua puluh tahun yang lalu, cuman saya sedikit kecewa karena   sekarang kampoeng glam sangat komersil sekarang saya tidak temukan lagi senyum ramah penduduk melayu yang menyapah kita kalau kebetulan berpapasan. semua berubah semua bernilai dengan dolar..! 
Dulu jika kita sholat berjamaah di masjid sultan maka sehabis kita solat berjamaah kita semua ngobrol membicarakan  tentang kehidupan keseharian kita.
Sekarang semuanya di ukur dengan dolar
Bahkan saya menemukan sebua famlet yang di tempelkan di kaca  penginapan tempat saya.., saya sampai menghela nafas kenapa singapura jadi berubah seperti ini? apa ini semua akibat liberalisasi yang di terap kan pemerintah nya? jujur saya sangat kehilangan  senyum hangat khas melayu riau . semua berubah jadi robot pengeruk dolar para wisatawan yang datang.
di akhir catatan ringkas ini hanya ingin menanyakan ke diri kita sendiri apakah kita juga mungkin akan seperti ini jika suatu saat daerah kita  jadi objek destinasi wisatawan dunia ? apakah budaya kita hanya akan di jadikan film tutorial yang akan di tampilkan di musium musium sedang yang aslinya hilang tergerus ambisi pundi pundi devisa? dan yang terakhir semoga negri tetangga ini bisa jadi contoh kegagalan merawat identitas dirinya sendiri..

0 comments:

Post a Comment